Cerpen Channel 3
NOTE : BUDAYAKAN MEMBACA
MOMENTUM YANG HILANG
oleh : Ellsandy Anwar
Senin pagi itu adalah hari seperti biasa Andi pergi kesekolah,
selama Andi memasuki pendidikan SMA, dia selalu bangun pagi bahkan sebelum
adzan subuh tiba, karena jarak sekolahnya dari rumah cukup jauh memakan waktu
satu jam perjalan yang menempuh jarak ± 21 km dengan menaiki sepeda motor.
Sekolah Andi berada di dalam komplek perumahan yang disitu berdiri
sekolah SMA berbasis islami, setiap hari sebelum menuju sekolahnya Andi selalu
melewati jalan komplek perumahan tersebut. Jarak sekolah dari gerbang
komplek perumahan menuju sekolah ±700 meter
jika berjalan kaki akan memakan waktu 10 menit. Pagi itu cuaca cukup bersahabat
dengan angin sejuk diiringi dengan suara kicauan burung yang berasal dari
pohon-pohon di jalan komplek perumahan.
Pada hari itu adalah hari
menegangkan bagi para siswa, karena 7 hari menuju ujian nasional (UN), dalam
satu minggu itu Andi selalu pulang sore dikarenakan ada bimbel (bimbingan
belajar) menuju ujian nasional, di sela-sela belajar Andi dan teman-teman
selalu bercengkrama, bahkan sempat ada yang menawarkan dagangannya disaat momen
berkumpulnya teman-teman, karena ada sebagian siswa yang menjual makanan, atau
lainnya.
Pada saat itu salah satu siswi teman
satu kelas Andi bernama Yuli tiba-tiba datang menghampiri disaat andi sedang
mengobrol dengan teman satu bangkunya, Yuli menawarkan barang yang menurut Andi
menarik, yaitu sebuah topi dengan tulisan yang bisa di ubah sesuai dengan
permintaan pelanggannya, tanpa basa-basi Andi langsung memesan satu topi untuk
di hadiahkan kepada adiknya yang bernama Adit.
Hari semakin sore waktu menunjukan
pukul 16.30 bel pun berbunyi, saatnya siswa kelas 12 untuk pulang, Andi bersama
dengan temannya bergegas untuk pulang, sore itu awan sangat mendung, di tengah
perjalanan hujan turun sangat deras disertai angin dan petir, meskipun Andi
memakai jas hujan, dia memutuskan untuk meneduh sebentar di pom bensin,
seketika Andi melihat ponselnya ada panggilan tidak terjawab sebanyak 7 kali
dari ayahnya, Ayahnya Andi sangat perhatian dan seringkali khawatir dengan
keberadaan Andi, Ayahnya selalu memberikan pesan singkat untuk menanyakan keberadaan
Andi, namun Andi tidak pernah membalas pesan singkat ayahnya karena selalu
tidak mencukupi pulsanya.
Setelah sampainya dirumah Andi
langsung bergegas mengganti pakaiannya, dan meminta maaf kepada sang ayah
karena tidak dapat membalas pesan singkatnya, lantas sang ayah hanya tertawa
dan mengejek Andi karena tidak mempunyai pulsa.
Andi merasa sangat bersalah karena
pulsa ponselnya selalu mengandalkan sang ayah untuk membeli pulsa tersebut,
Andi tidak mau mengeluarkan sepeserpun sisa uang jajan nya disisihkan untuk
membeli pulsa, untuk kebutuhannya sendiri Andi pun enggan. sang ayah pun tetap
bersabar dan tidak mempermasalahkan kepada Andi
Pada hari itu sehabis pulang
sekolah, Andi menawarkan topi yang tadi dia pesan kepada yuli ke ayahnya, dan
sang ayah menerima tawaran tersebut dan menyuruh Andi untuk segera memesan
kepada yuli dengan tulisan yang dia sudah persiapkan. Dan Andipun memesan dua
topi untuk adiknya dan ayahnya, yuli memberi tahu bahwa Senin ketika hari H
ujian nasional topinya sudah jadi dan bisa diambil.
Dengan karakter sang ayah yang
humoris dan periang, ayah Andi selalu menagih topinya tersebut seperti nagih
utang ke Andi, setiap bertemu selalu menanyakan “ssst mana nih topi udah jadi
belom?” ujar sang ayah, “ya belum atuh nantilah senin sudah jadi” Kata Andi,
ayahnya selalu mengatakan hal yang sama setiap andi pulang sekolah seakan-akan
sudah tak sabar ingin memakai topi tersebut. Namun Andi hanya tersenyum tidak
membalas candaan ayahnya tersebut.
Andi merasa bersyukur meskipun seringkali
ayahnya selalu membuatnya kesal, tapi Andi tidak pernah kesal berkepanjangan,
karena kekesalan tersebut akan hilang ketika sang ayah memberikan kesan
kehumorisan beliau.
Hari-hari berlalu sampai Hari Minggu
tiba, H-1 sebelum UN adalah hari kesedihan sekaligus hari penyesalan bagi Andi
dan keluarga, karena pada hari itu ayahnya meninggal dunia secara mendadak,
mungkin sebelumnya tidak ada yang pernah tau sakitnya beliau karena setau Andi
ayahnya sehat-sehat aja. Disitu Andi merasa sedih, kesal, menyesal, semua
campur aduk menjadi satu, Andi merasa ini seperti mimpi, Andi bertanya kepada
diri sendiri “kenapa? Ini terjadi? Ya
Allah kenapa engkau memanggil ayahku?” pada hari itu Andi hanya bisa meratapi
kesedihannya, dan mengingat momentum-momentum candaan yang membuatnya bahagia
saat bersama ayahnya.
Dan seketika Andi merasa kehilangan
separuh dari badannya, putus asa dan pesimis menjadi satu, tapi tidak kepada
ibunya Andi yang selalu memberikan dukungan kepada Andi, agar tetap semangat
“buktikanlah kepada ayahmu, buatlah dia bangga kepadamu” ujar sang ibu
memberikan motivasi kepada Andi.
Saat waktu UN tiba, pada hari Senin
di kelas teman-teman semua memberikan ucapan turut berduka kepada Andi, “kami
turut berduka atas meninggalnya ayah kamu yah” . tiba-tiba Yuli datang masuk
kelas, sembari menangis Yuli mengeluarkan topi yang Andi pesan buat Adiknya dan
Almarhum ayahnya. “Andi, ini topi yang kamu pesan” ujar Yuli dengan mata
berkaca-kaca. Andipun betanya “kok nangis ? hehe”, “iyaah aku sedih, apa yang
kamu rasain, apa lagi seakan-akan ayah mu memberikan ini hanya untuk
kenang-kenangan ndi” jawab Yuli.
Ketika Yuli mengatakan hal tersebut
Andi langsung berfikir bahwa, secara tidak langsung sang ayah memesan itu hanya
untuk dikenang agar Andi selalu mengingat sang ayah. Disitu Andi merasa
terpukul dan terdiam tidak menunjukan rasa kesedihan tersebut di depan
temannya. Andi berusaha tegar dan ikhlas menerima semua yang terjadi kepadanya.
Andi adalah anak pertama dari dua bersaudara, adiknya bernama
aditiya, Andi dan adiknya sangat dekat dengan ayahnya di bandingkan dengan
ibunya, bukan berarti jauh dengan ibunya, mereka sangat sayang dan cinta kepada
kedua orang tuanya. Hanya saja lebih dekat dengan ayahnya, karena ayah Andi
adalah sosok ayah yang periang, dan humoris, lain dengan ibunya, ibu Andi
adalah sosok yang tegas, disiplin terhadap aturan terutama dalam ibadah dan
belajar.
Sekarang Andi mulai hidup yang baru tanpa seorang ayah mencoba
melupakan semua yang sudah terjadi namun tetap mendoakan agar almarhum sang
ayah di tempatkan yang terbaik disisi Allah SWT.
Dari cerita ini kita dapat menyimpulkan bahwa sosok orang tua
adalah sosok malaikat yang berharga yang Allah titipkan untuk menjaga kita,
mendidik kita, membahagiakan kita hingga dewasa, karena kita adalah investasi,
generasi selanjutnya bagi kehidupan mereka, dan perbanyaklah momentum yang baik
dengan orang tua kita selagi orang tua kita masih ada di dunia, karena umur
manusia tidak ada yang mengetahui kecuali Allah Wallahu’alam Bisshowaf.
Sesungguhnya semua dari Allah dan kembali kepada Allah.
Comments
Post a Comment